Selamat datang di blog didy anak TKJ Sigambal.....semoga anda senang dan jangan lupa commentnya yang selalu di tunggu...Mohon maaf apabila blog ini tidak menarik buat anda...SMK TKJ Sigambal BIsa...Wassalam...

Selasa, 12 Juni 2012

Kumpulan Puisi Isra Mi'raj

Kutulis sepasang puisi hati untukku, untukmu, untuk kita semua….

Cahaya Isra’

Sebelum sosokmu hijrah ke Madinah…
Kau hadiahi kami sebait kisah…
Tentang perjalanan semalam yang kami imani.
Antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha…
Oh… itu luar biasa!
Sebuah ujian keimanan untukku, untuk kami…
Dan, kami akan berjuang…
Mengimani peristiwa-peristiwamu…
Yaa Rasulullah
Cahaya Isra’ akan mengalir dalam helai napasku…
Disini…
Di jiwa ini…
Bercahaya dan bersinar seperti kerlipnya bintang…
Membuktikan kisah keimanan diri
Padamu, ya Rasulku
Cahaya Isra’ akan tentram selalu dihati
Membuktikan kebesaran Allah….
Allah yang kusayangi.
(Ketika hujan senja itu reda, dihatiku…



Iman dalam Mi’raj

Sebuah puisi hati….
Tentang aroma keimanan
Sebuah puisi malam…
Yang mengajari kepercayaan
Terhadap seseorang…
Laki-laki suri tauladan
Yang senyumnya indah merekah bak sinar mentari
Yang akhlaknya mulia melebihi intan permata
Sebuah puisi keyakinan…
Tentang arti sebuah perjalanan.
Yang Sang pemilik hujan anugerahkan padanya, pada pria shaleh itu..
Pada Rasulullah…
Mi’raj ajari manusia untuk bersujud pada sang Rabbi…
Allah Swt…
Mi’raj ajari kaum muslim mencintai Tuhan-Nya
Merindukan kasih pertemuan dengan pencipta-Nya
Allah Swt…
Dan, ini sebuah puisi keimanan…
Yang hanya bisa dicerna dengan bisikan hati bersih…
Bukan dengki atau munafik
Sebuah perjalanan ke Sidratul Muntaha yang penuh berkah
Memberikan ketajaman jiwa…
Ya, pada hati ini…
Pada jiwa ini…
Tentang sebuah keimanan, yang harus tumbuh mengakar di sukma ini…
Hingga kelak bertemu dengan sang Illahi.
(Kutulis diantara aroma hujan yang menyayat hati, diantara dinginnya senja…
Ketika hati rindu pada-nya…

Senin, 11 Juni 2012

Hukum perayaan Isra

Hukum Merayakan Peringatan Isra’ Mi’raj

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang al-amin (yang terpercaya) dan memiliki sifat amanah. Dengan sifat inilah, beliau telah menyampaikan seluruh risalah dan syari’at Allah subhanahu wata’ala kepada umat ini dengan lengkap dan sempurna. Tidak ada satu kebaikan pun, kecuali pasti telah beliau ajarkan kepada umatnya. Dan tidak ada satu kejelekan pun, kecuali pasti telah beliau peringatkan dan beliau larang umatnya untuk mengerjakannya.
Kalau seandainya peringatan Isra’ Mi’raj itu bagian dari risalah dan syari’at Allah subhanahu wata’ala, pasti beliau telah ajarkan kepada umatnya. Kalau seandainya peringatan Isra’ Mi’raj ini amalan yang baik, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para shahabatnya adalah orang-orang pertama yang mengadakan acara tersebut. Demikian pula para ulama generasi berikutnya yang mengikuti dan meneladani mereka, semuanya akan mengadakan perayaan-perayaan khusus untuk memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sehingga acara peringatan Isra’ Mi’raj, dalam bentuk apapun acara tersebut dikemas, merupakan amalan bid’ah, sebuah kemungkaran, dan perbuatan maksiat karena:
1.            Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri tidak pernah merayakannya atau memerintahkan kepada umatnya untuk merayakannya.
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهْوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan termasuk urusan (syari’at) kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
2.            Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, dan seluruh shahabat radhiyallahu ‘anhum tidak pernah pula merayakannya. Demikian pula para tabi’in, seperti Sa’id bin Al-Musayyib, Hasan Al-Bashri, dan yang lainnya rahimahumullah.
3.            Para ulama yang datang setelah mereka, baik itu imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad), Al-Bukhari, Muslim, An-Nawawi, Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir, Ibnul Qayyim, Ibnu Hajar Al-’Asqalani, dan yang lainnya rahimahumullah, hingga para ulama zaman sekarang ini. Mereka semua tidak pernah merayakannya, apalagi menganjurkan dan mengajak kaum muslimin untuk mengadakan peringatan itu. Tidak didapati satu kalimat pun dalam kitab-kitab mereka yang menunjukkan disyari’atkannya peringatan Isra’ Mi’raj.
4.            Kenyataan yang terjadi jika perayaan ini benar-benar diadakan, yaitu munculnya berbagai kemungkaran, di antaranya:
a.       Terjadinya ikhtilath, yaitu bercampurbaurnya antara laki-laki dan perempuan.
b.      Dilantunkannya shalawat-shalawat yang bid’ah dan bahkan sebagiannya mengandung kesyirikan.
c.       Didendangkannya lagu-lagu dan alat musik yang jelas haram hukumnya.
d.      Mengganggu kaum muslimin. Di antara bentuk gangguan itu adalah:
o   Terhalanginya pemakai jalan atau minimalnya mereka kesulitan ketika hendak melewati jalan di sekitar lokasi acara, karena banyaknya orang di sana.
o   Suara musik dan lagu yang sangat keras pada acara terebut, juga mengganggu tetangga dan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi acara. Orang yang telah lanjut usia, orang sakit, maupun bayi-bayi dan anak-anak kecil yang semestinya membutuhkan ketenangan, mereka terganggu dengan adanya suara musik yang sangat keras tadi.
Tidak semestinya beberapa gangguan tadi dianggap sepele dan ringan. Kecil maupun besar, setiap perbuatan yang bisa mengganggu dan menyakiti kaum muslimin, maka pelakunya terkenai ancaman:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak akan masuk al-jannah orang yang tetangganya merasa tidak aman dari gangguannya.” (HR. Muslim)
e.       Tidak sedikit kaum muslimin yang melalaikan shalat berjama’ah di masjid, bahkan yang lebih parah kalau sampai meninggalkan shalat fardhu. Ketika acara dimulai ba’da shalat Isya’ misalnya, sejak sore banyak yang sudah stand by di tempat acara. Mulai dari penjual-penjual dengan aneka barang dagangannya, pengunjung acara, sampai panitia acara pun, mereka lebih memilih berada di ‘pos-pos’ mereka daripada masjid ketika dikumandangkannya adzan maghrib dan isya’. Wal ‘iyadzubillah.
Semestinya umat ini dibimbing untuk kembali kepada agamanya. Mereka sangat antusias menyambut dan menghadiri acara peringatan Isra’ Mi’raj, namun mereka belum memahami hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Sebuah peristiwa dan mu’jizat besar yang saat itulah kewajiban shalat lima waktu ini diberlakukan kepada umat Islam. Suatu musibah jika salah satu rukun Islam ini dilalaikan hanya karena ingin ‘menyukseskan’ acara yang sudah pasti menelan biaya yang tidak sedikit tersebut.
Kalau masih ada yang beranggapan bahwa perayaan untuk memperingati Isra’ Mi’raj itu adalah baik, maka katakan sebagaimana kata Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah:
مَن ابْتَدَعَ في الإِسلام بدعة يَراها حَسَنة ؛ فَقَدْ زَعَمَ أَن مُحمّدا – صلى الله عليه وعلى آله وسلم- خانَ الرّسالةَ ؛ لأَن اللهَ يقولُ : { الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ } فما لَم يَكُنْ يَوْمَئذ دينا فَلا يكُونُ اليَوْمَ دينا
“Barangsiapa yang mengadaka-adakan kebid’ahan dalam agama Islam ini, dan dia memandang itu baik, maka sungguh dia telah menyatakan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam telah berkhianat dalam menyampaikan risalah, karena Allah telah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
(Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian), maka segala sesuatu yang pada hari (ketika ayat ini diturunkan) itu bukan bagian dari agama, maka pada hari ini pun juga bukan bagian dari agama.”
Kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala hidayah untuk senantiasa berpegang teguh dengan Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, sampai akhir hayat nanti. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
sumber: Assalafy.org

Hikmah Isra and Mi'raj

Modal inti dalam Islam sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW., hanya ada tiga, iman, ilmu, dan akhlak. Dalam Islam tidak ada istilah Robin Hood, yang mencuri harta orang kaya dan membagi-bagikannya kepada rakyat miskin. Mencuri tetap saja dosa besar walau dengan dalih apapun, termasuk di dalamnya, korupsi, nepotisme, sogok menyogok seperti yang sekarang ini kerab dilakukan para pejabat bangsa kita ini.

Demikian dikatakan, Buya H. Masoed Abidin kepada Singgalang kemarin (30/7) saat ditanyakan hikmah dari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW., yang selalu diperingati umat Islam setiap 27 Rajjab.

Diulasnya, bangsa ini tidak mungkin maju tanpa tiga kekuatan yang diajarkan, iman (religi), ilmu (iptek) dan akhlak (kultur, adat perilaku). Hal ini substansial dalam pembinaan karakter bangsa. Penetapan pimpinan bangsa dari tingkat bawah ke atas. “Tiga kekuatan itu jadi penentu,” katanya.

Pasca modernisme di era kesejagatan perlu triple basic (knowledge, religi dan culture). Tiga kekuatan inti untuk bertanding dan bersaing di era global yang borderless.

“Hikmah Isra’ mengakui kekuasaan Allah. Di sisi Allah tidak ada yang mustahil. Maka bermohonlah padaNYA, Allah mampu menghampirkan yang jauh, begitu sebaliknya. Allah dekat sekali dengan hambanya, lebih dekat ketika mendekatinya,” ujarnya.

Mi’raj ialah naik ke tempat yang mulia dengan salat. Khusyuk syarat utama. Meninggalkan salat berarti hilang tenang, hilang sabar, hilang bahagia, hilang ketentraman, hilang aman, hilang dunia, hilang akhirat, hilang semua.

“Apa lagi yang jadi milik kita? Jawabnya tidak ada,” tutur Buya.

Implementasi sekarang dari peristiwa Isra’ Mi’raj itu lebih jauh dikatakan Buya Masoed ialah perwujutannya bagi umat sekarang ini. Pemipin bangsa yang salat tidak akan tergiur korupsi. Bangsa akan makmur, adil, sejahtera, bersih dan menghargai waktu.

Konteks kekinian bahwa Isra’ Mi’raj tidak hanya input ratio saja, dua peristiwa itu mukjizat yang diberikan kepada Muhammad sebagai bukti kerasulannya.

“Agar tak ada lagi orang mendakwakan diri jadi rasul. Agar tidak ada lagi manusia yang diperbodoh oleh kepalsuan,” lanjutnya.

Menurutnya banyak sekali hikmah di balik peristiwa Islam itu. Tidak bisa sesorang akan memahaminya, jika hanya datang ke masjid mengikuti tauziyah karena peringatan Isra’ Mi’raj saja. Tidak akan timbul kesadaran dalam hati jika anggap angin lalu saja. Perlu dikaji lebih dalam oleh umat sehingga dapat dibentuk karakter bangsa yang beragama bukan hanya liberal tanpa arah.

“Salat adalah perintah pertama dalam Islam, tanpa salat tak ada artinya Islam. Salat mengajarkan pengawasan melekat antara manusia dengan Khaliknya,

Isra And Mi'raj

Banyak wacana di seputar peristiwa Isra’ wal Mi’raj Nabi SAW. Sebagian saya tuliskan di bawah ini. Namun satu hal yang ingin saya sampaikan di sini adalah, sisi lain arti di balik peristiwa besar ini. Semua sepakat (walau ada yang berpendapat lain), bahwa dalil naqli isra’ adalah surat Al-Isra’ ayat pertama.

1. Hukum Peringatan Isra’ wal Mi’raj:
Sampai sekarang masih menjadi polemik perihal boleh dan tidaknya peringatan hari Isra’ dan Mi’raj setiap tanggal 27 Rojab. Di zaman nabi sendiri tidak pernah diperingati. Nabi Muhammad adalah orang yang paling banyak memberi nasehat kepada manusia, beliau telah menyampaikan risalah kerasulannya dengan sebaik-baiknya, dan menjalankan amanat Tuhannya dengan sempurna, oleh karena itu jika upacara peringatan malam isra’ dan mi’raj serta bentuk bentuk pengagungannya itu berasal dari agama Allah, tentunya tidak akan dilupakan dan disembunyikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi karena hal itu tidak ada, jelaslah bahwa upacara dan bentuk bentuk pengagungan malam tersebut bukan dari ajaran Islam sama sekali.
2. Pengertian Isra’ wal Mi’raj:
Isra’ wal Mi’raj Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan Shalat lima waktu sehari semalam. Isra Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 Hijriah. Pada peristiwa Isra Mi’raj dapat dikatakan terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda.
Dalam Isra’, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan Shalat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih. Seringkali masyarakat menggabungkan Isra’ wal Mi’raj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra’ dan Mi’raj merupakan dua peristiwa yang berbeda, seperti yang sudah dijelaskan di atas.
3. Sidratul Muntaha:
Sidratul Muntaha berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon Bidara. Sedangkan muntaha berarti tempat berkesudahan, sebagaimana kata ini dipakai dalam ayat berikut: Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu), QS An-Najm, 53:41-42.
Dengan demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan. Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya.
Istilah ini disebutkan sekali dalam Al-Qur’an, yaitu pada ayat: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. QS. An-Najm, 53:13:14.
Sidratul Muntaha digambarkan sebagai pohon Bidara yang sangat besar, tumbuh mulai Langit Keenam hingga Langit Ketujuh. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana batu, sebagaimana diutarakan dalam hadits: Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Diapun menyebutkan hadits Mi’raj, dan di dalamnya: “Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha”. Lalu Nabiyullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengisahkan: “Bahwasanya daunnya seperti telinga gajah dan bahwa buahnya seperti bejana batu”. Hadits telah dikeluarkan dalam ash-Shahihain dari hadits Ibnu Abi Arubah. HR al-Baihaqi (1304). Asal hadits ini ada pada riwayat al-Bukhari (3207) dan Muslim (164).
Jika Allah memutuskan sesuatu, maka “bersemilah” Sidratul Muntaha sehingga diliputi oleh sesuatu, yang menurut penafsiran Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu adalah “permadani emas”. Deskripsi tentang Sidratul Muntaha dalam hadits-hadits tentang Isra Mi’raj tersebut hanyalah berupa gambaran (metafora) sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata. Hakikatnya hanya Allah yang Maha Tahu.
Kalau kita lihat dan simak bersama surat Al-Isra ayat pertama:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١)
Artinya: Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya [1] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
[1] Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
Kata ‘Subhan’ diartikan Maha Suci, sepertinya kurang pas dengan kontek Isra’ yang merupakan Perjalanan dari satu tempat ke tempat lain.
Hemat saya, ya kembali saja ke makna dasarnya. Kata ‘subhan’ berangkat dari kata ‘sabaha’ artinya berenang. Jadi ‘subhan’ mestinya ya renang atau sepadan itu.
Jadi kalau Allah meng israa’ kan Rasulullah SAW wajar, karena Allah memang Maha Menggerakkan, bukan sekedar maha suci.
Bagimana bila kita pahami via kontek sains? Perlu diketahui, beberapa kesepakatan ilmiah di kalangan saintis, khususnya fisikawan bahwa ada hal-hal ganjil yang akan terjadi bila benda berada pada kecepatan tinggi. Konsep ini disebut Relativitas (khususn dan umum) oleh sang penemunya yakni simbah Einstein.
Relativitas, adalah teori yang saat ini menjadi pusat ilmu pengetahuan. Teori ini terdiri atas Relativitas Khusus dan Umum. Dua teori ini pun memiliki sejarah yang berbeda.

Relativitas Khusus diterima dalam beberapa tahun setelah Albert Einstein mengumumkannya. Dan ini terjadi di tengah derasnya peristiwa-peristiwa ilmiah, dan karena ini menjawab pertanyaan yang membingungkan banyak ilmuwan. Teori ini juga memiliki kegunaan dalam bidang-bidang utama riset yang dilakukan saat itu, seperti fisika nuklir dan mekanika kwantum. Saat ini, relativitas khusus menjadi alat sehari-hari bagi para ahli fisika yang meneliti susunan materi dan gaya yang menyatukannya. Relativitas Umum berlaku dalam skala yang jauh lebih besar, pada bintang-bintang, galaksi, dan ruang angkasa yang luas. Dibutuhkan waktu lebih lama untuk diterima, karena teori ini tampaknya tidak memiliki kegunaan prakltis. Einstein menggunakannya untuk menjelaskan kesederhanaan dan tatanan di balik alam semesta. Teori ini baru dapat diuji tahun 1960-an setelah akselerator partikel raksasa dan perlatan lain ditemukan menjadi lebih kuat.
Relativitas khusus meramalkan bahwa ketika sebuah objek mendekati kecepatan cahaya, maka akan terjadi hal-hal ganjil sebagai berikut:
1. Waktu melambat:
Ini disebut dilatasi waktu. Ini diamati tahun 1941 dalam ekperimen partikel atom berkecepatan tinggi yang disebut muon. Ini juga ditunjukkan tahun 1971, ketika jam yang amat sangat akurat, diterbangkan dengan cepat keliling dunia di atas pesawat terbang jet. Setelah dua hari,jam itu berkurang sepersekian detik dibandingkan dengan jam yang sama di permukaan bumi, karena jam itu bergerak lebih cepat.
2. Objek mengecil.
Objek yang bergerak mendekati kecepatan cahaya, akan mengalami pemendekan sesuai arah geraknya. Kalau roket antariksa bisa bergerak dengan separoh kecepatan cahaya, panjangnya akan sekitar enam per tujuh panjang aslinya di landasan luncur. Efek ini sudah diteliti sejak tahun 1890-an.
3. Massa objek bertambah.
Ini artinya objek akan bertambah berat. Ini sudah diperlihatkan berulang kali dengan eksperimen partikel yang bergerak dengan kecepatan tinggi seperti elektron. Dari ide inilah Eistein mengembangkan rumus terkenalnya E = mc².
Mungkinkah manusia bisa bergerak secepat cahaya? Seiring bertambahnya massa orang tersebut, maka gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya bergerak lebih cepat lagi juga terus bertambah. Pada hampir kecepatan cahaya, massa akan begitu besar sampai gaya yang dibutuhkan untuk memberikan dorongan ekstra itu akan sangat besar sampai mustahil. Akibatnya kecepatan cahaya tidak akan benar-benar tercapai.
Lalu, bagaimana sebenarnya Rasulullah SAW ber ‘Isra’ wal Mi’raj..?
Pertama, yang ingin saya uraikan disini adalah istilah Buroq. Buroq dipercaya oleh sebgian kita, sebagai tunggangan (alat transportasi utama) Rosulullah SAW saat melakukan perjalanan Isra’ wal Mi’raj.
Selama ini istilah Buroq diartikan sebagai sejenis hewan katakanlah kuda yang berkaki empat dan berkepala manusia. Berikut antara lain penjabaran istilah Buroq, dalam Mushonnif Ibnu Abi Syaibah, juz: 8, hal: 446:
(8) حدثنا علي بن مسهر عن أبي إسحاق الشيباني عن عبد الله بن شداد قال : لما أسري بالنبي (ص) أتى بدابة فوق الحمار ودون البغل ، يضع حافره عند منتهى طرفه ، يقال له (براق) فمر رسول الله (ص) بعير للمشركين فنفرت فقالوا : يا هؤلاء ما هذا ؟ قالوا : ما نرى شيئا ، ما هذه إلا ريح ، حتى أتى بيت المقدس فأتي بإنائين في واحد خمر وفي الآخر لبن ، فأخذ النبي (ص) اللبن فقال له جبريل : هديت وهديت أمتك – ثم صار إلى مصر.
Dari riwayat di atas, maka istilah Buroq adalah semisal peranakan keledai dan kuda, yakni baghal. Baik kuda maupun keledai memiliki kaki empat, hanya dalam pengejawantahan para ulama (pedesaan) selama ini, kepala Buroq adalah bewujud kepala manusia yang sangat tampan, wa Allahu a’lamu.
Nah, mari kita maknai Buroq dengan lebih mendasar. Sebuah makna yang memiliki dasar, baik aqli (nalar) lebih2 naqli (syar’i)nya. Lalu dengan adanya pemahaman Buroq yang lebih pas, kita akan mencoba melihat kebenaran Isra’ wal Mi’raj ini.
Buroq berasal dari kata ” براق “, dan kata ini berangkat dari kata dasar “برق” yang berarti kilatatau petir, yakni percikan cahaya. Jadi “براق” adalah cahaya, atau dengan kata lain,Sarana Transportasi Rosulullah SAW saat Isra’ wal Mi’raj adalah Pesawat dengan Kecepatan Cahaya.
Berangkat dari beberapa efek relativitas di atas, bahwa satu hal yang pasti adalah semua efek yang timbul akibat adanya teori Relativitas simbah Einstein belum final secara frontal. Dilatasi waktu misalnya memang sudah dibuktikan lewat perangkat jam digital super sensitif, namun dampak masih sangat bertambah entah semakin melambat atau malah justru akan mengalami titik balik dan lalu bukan melambat tetapi bertambah cepat, semuanya hanya Sang Pencipta semua hukum alam ini-ALLAH SWT, yang Maha Tahu. Begitu pun 3 efek lainnya.
Cahaya sendiri sebagai sebuah paket energi dalam teori kuantum, ternyata merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik sangat mungkin memiliki beragam kecepatan, terlebih bila melalui medium berbeda. Jadi bisa jadi ketika malam Isra’ wal Mi’raj, medium alam ini mengalami penurunan indeks bias, sehingga laju sang Buroq menjadi sangat cepat.
Cahaya, seperti yang kita pahami memiliki kecepatan 300.000.00 m/s. Dengan kecepatan ini saja, sang Buroq sudah mampu berkeliling Bumi sebanyak 8 kali dalam satu detik. Maka jarak Mekkah-Palestina saat Rosulullah SAW berisra’ yang hanya kl 1.250 km, sangat mungkin terjadi.
Selanjutnya, berapa lebar atau panjang alam semesta ini, berapa jauh Rosulullah SAW melintasi tujuh lapis langit..?
Pertayaan ini sukar untuk dijawab, sebab Alam Semesta sedang mengembang. Jadi tergantung sisi pandang mana pertanyaan tentang lebar alam semesta ini ditanyakan…